JAKARTA, iNews Media - Cosplay tak hanya milik para wibu, sejumlah kampus menggunakan konsep cosplay dalam memperingati Konferensi Asia Afrika ke-70. Digelar di Laboratorium Hubungan Indonesia Universitas Budi Luhur, kegiatan ini memperagakan peran para diplomat negara-negara yang baru merdeka dan lepas dari perang dunia II di tahun 1955, menyambut ide Indonesia membuat poros negara-negara selatan.
Acara ini diinisiasi oleh Kuatbaca dot com dan Svadhyaya Riset Nusantara berkerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI, Sumitro Institute, dan 5 perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Budi Luhur, Universitas Bakrie, Universitas Satya Negara Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa :
1. Refleksi Dasasila Bandung di Tengah Tantangan Global
Cosplay: The Asia-Africa Legacy Conference 2025 mencoba menghidupkan kembali semangat Dasasila Bandung yang dihasilkan dari KAA 1955. yang bertemakan ‘KAA Practical in History & Actual Relevance’. Lebih dari tujuh dekade sudah berlalu sejak KAA dilaksanakan.
Meski demikian, dunia kembali menghadapi tantangan global yang menuntut solidaritas serupa. Ketimpangan pembangunan, krisis iklim, konflik geopolitik, dan tekanan terhadap negara-negara Global South. Dr. Yusran, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Studi Global, dalam sambutannya, menekankan pentingnya menjaga spirit Bandung sebagai landasan KAA dalam merespons isu-isu global saat ini.
Ia berharap semangat tersebut dapat merasuk ke dalam diri para mahasiswa delegasi sehingga mampu melahirkan solusi konkret. "Saya berharap nanti setidak-tidaknya teman-teman juga bisa memberikan semacam solusi konkret dari dinamika yang ada saat ini, yang mungkin juga masih banyak yang terlupakan.
Oleh karena itu spirit Bandung ini harus tetap dijaga oleh teman-teman," ucap Yusran di Acara Cosplay: The Asia-Africa Legacy Conference 2025, Laboratorium HI Budi Luhur, Jakarta, Selasa (1/7/2025) pagi. Senada dengan itu, Gufron Al Bayroni, Direktur Sumitro Institute, menyoroti peran historis Indonesia di kancah global dan relevansi semangat Bandung dalam menghadapi tantangan dunia.
Ia merefleksikan bagaimana pidato Presiden Soekarno di PBB pada tahun 1960 menjadi momentum krusial yang menginspirasi kemerdekaan banyak negara Afrika. "Itu diakui oleh mereka. Pidato yang sangat menggelegar, yang memberi pesan sangat determinan terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang masih di bawah imperialisme," jelas Ghufron, menambahkan bahwa pidato tersebut hingga kini masih memberikan kesan mendalam bagi masyarakat Afrika.
2. Tiga Isu Global, Tiga Komite Simulasi
Cosplay: The Asia-Africa Legacy Conference 2025 mengangkat tiga isu utama yang merefleksikan tantangan dunia saat ini. Komite Ekonomi membahas Dampak Kebijakan Tarif Resiprokal Amerika Serikat terhadap Perdagangan Global dan Strategi Mitigasi Negara-Negara Berkembang.
Sementara itu, Komite Politik menyoroti krisis kemanusiaan di Timur Tengah melalui topik Mengatasi Krisis Kemanusiaan di Gaza dan Mendorong Solusi Diplomatik untuk Stabilitas Jangka Panjang. Adapun Komite Energi mengangkat isu transisi energi global melalui diskusi Mempercepat Transisi Energi Global di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Kendala Ekonomi.
Gery Gugustomo, Ketua Penyelenggara Cosplay: The Asia-Africa Legacy Conference 2025, menyatakan bahwa isu-isu tersebut seharusnya tidak pernah terjadi jika negara-negara yang tergabung dalam KAA bersatu padu. Ia kemudian merefleksikan kembali momen 70 tahun lalu di Bandung, menegaskan bahwa para pemimpin Asia dan Afrika berkumpul karena kepedulian, bukan undangan kekuatan besar.
"Mereka membawa empati, bukan ego, dan dari empati itulah lahir semangat, semangat solidaritas yang menggema hingga hari ini," ujar Gery. Dalam kesempatan yang sama, Dr. Yusran juga menyampaikan keprihatinannya terkait kekosongan beberapa posisi Duta Besar Indonesia di luar negeri, yang menurutnya menghambat pergerakan Indonesia dalam merespons isu-isu internasional.
"Padahal dinamika politik global yang luar biasa cepatnya dan ini harusnya juga perlu diambil langkah-langkah konkret," ujarnya, mempertanyakan peran Indonesia dalam konteks politik global saat ini
3. Dasasila Mahasiswa KAA 2025, Tonggak Masa Depan Diplomasi Indonesia
Dengan pendekatan partisipatif dan kolaboratif lintas institusi, Cosplay: The Asia-Africa Legacy Conference 2025 menghasilkan Dasasila Mahasiswa yang menunjukkan kesadaran kritis dan empati geopolitik dari mahasiswa serta pemahaman bahwa diplomasi sebagai alat perjuangan kolektif.
“Simulasi ini bukan sekadar ajang akademik, tetapi juga upaya untuk menunjukkan semangat solidaritas dan kemandirian negara-negara berkembang masih memungkinkan untuk dipraktikan,” kata Ketua Penyelenggara, Gery Gugustomo.
KuatBaca.com sebagai penyelenggara, percaya bahwa media dapat menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan masa depan, dari ruang sejarah ke ruang kelas, dan mengubah kata menjadi aksi nyata. "Kami percaya generasi muda, teman-teman mahasiswa semua, mampu membawa kembali suara semangat Asia-Afrika ke ruang percakapan global," tutupnya (MAS).