JAKARTA, iNews Media - Partai Gerindra dan PDIP semakin mesra. Kemesraan kedua partai besar itu mulai terlihat dan kunjungan Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu. Kemesraan tersebut terulang lagi saat HUT kelahiran Pancasila 1 Juni 2025.
Tak sampai disitu saja, kedatangan Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad dan Menteri sekretaris Negara, Prasetyo Hadi ke rumah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri semakin memperjelas dan mempertontonkan kemesraan mereka.
Tentunya, kemesraan itu tidak ujuk-ujuk terjadi begitu saja tanpa ada maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh kedua pihak melalui beberapa kali pertemuan. Secara kasat mata, serangkaian pertemuan antara Partai Gerindra dan PDIP adalah dalam rangka menjajaki koalisi yang lebih besar.
Dalam hal ini, Partai Gerindra ingin pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto bisa berjalan baik, mendapat dukungan politis dari semua partai politik, termasuk di DPR RI. Bagi Partai Gerindra, PDIP harus dirangkul dan diajak bersama-sama untuk membangun bangsa dan negara ini. Kehadiran PDIP di kabinet menjadi penting untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pertanyaannya apakah PDIP mau untuk bergabung dan menjadi bagian dari pemerintahan?
Pertanyaan tersebut akan sangat mudah untuk dijawab. PDIP sebagai pemenang pemilu tidak ingin menjadi penonton selama 5 tahun ini. Keberadaan di pemerintahan akan memberikan dampak positif bagi PDIP seperti bisa membesarkan partai dengan membawa program-program pemerintah ke daerah-daerah.
Kita bisa lihat, ketika Partai Gerindra tidak menjadi bagian pemerintahan 2014-2019, Partai Gerindra terseok-seok membesarkan partai. PDIP tidak ingin seperti yang dialami Partai Gerindra. Artinya kue kekuasaan bisa didapatkan PDIP bila bergabung.
Selanjutnya, dengan berkedok menjadi bagian pemerintahan, PDIP akan menjalankan misinya, yakni menyingkirkan Jokowi dan Geng Solo yang saat ini masih memiliki pengaruh kuat di birokrasi. Bagaimanapun, PDIP masih menyisakan dendam kepada Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka.
Pilpres 2024 menjadikan PDIP naik pitam kepada Jokowi dan Gibran. Bergabungnya PDIP merupakan momen penting untuk membalas dendam. Begitupun sebaliknya, bergabungnya PDIP dalam pemerintahan, Partai Gerindra dinilai berhasil memanfaatkan PDIP untuk menghantaml Jokowi dan Gibran.
Bagaimanapun, Gibran akan menjadi pesaing kuat Prabowo pada Pilpres 2029. Partai Gerindra dan PDIP bersama-sama dalam pemerintahan akan disambut baik oleh pihak-pihak yang selama ini "dikerjai" oleh Jokowi selama menjadi presiden. Kelompok-kelompok seperti purnawirawan TNI, Roy Suryo cs akan makin leluasa terhadap Jokowi dan Geng Solo (MAS).